Friday, December 15, 2006

Perpisahan..


Biar Bulan Yang Bicara...


Optimalkan Life's Skill Anda


Life's skill atau kompetensi merupakan suatu keahlian seseorang untuk menguasai orang lain atau lingkungan tertentu.Sekilas tampak mudah untuk menguasai Life's skill. Tapi ada beberapa teknik khusus dalam penguasaanya itu. Bukan hanya dari dalam diri, tapi untuk menguasai Life's skill juga butuh pembinaan dari pihak luar.
Oleh karena itu saat ini banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan yang berorientasi pada pendidikan Life's skill, seperti decission making, planning dan organising, interpersonal communication, leadership, developing others, dan lain-lain.
Pintar saja memang belum menjanjikan seseorang bisa menjadi sukses, yang terpenting adalah penguasaan diri terhadap Life's skill. Kadang didalam kehidupan keseharian kita melihat, ada orang yang bisa memperoleh cummlaude dalam jenjang pendidikannya, belum tentu bisa memperoleh karir yang baik. Sedangkan ada orang yang saat sekolahnya bermalas-malasan tetapi mampu menjadi orang sukses. Inilah yang disebut Life's skill,dimana kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan menumbuhkan kepercayaan dalam bersosialisasi.
Pengoptimalan Life's skill Anda bisa di coba dengan team work atau marketing. Kedua hal itu bisa menjadi pembelajaran untuk membangun kepercayaan kepada orang lain dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri. Anda juga dapat mengukur life skill dengan cara, menghitung jumlah orang yang tersenyum dan perhatian terhadap apa saja yang Anda ucapkan atau jumlah mereka yang tidak peduli dengan apa yang Anda lakukan.
Jika Anda masih juga merasa belum optimal, perbanyaklah membaca buku-buku maupun belajar langsung dari pengalaman orang lain tentang Life's skill mereka. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak Anda tau apa yang harus dilakukan.
Cara bersikap tergantung dari lingkungan mana Anda masuki yang penting adalah bagaimana Anda dapat menguasai diri dan tidak berpura-pura untuk menjadi orang selain Anda sendiri.

Stres? Yuk Berpelukan!

Bagi orang Indonesia, berpelukan masih termasuk hal yang tabu untuk dilakukan, kecuali bagi pasangan suami istri. Pelukan bisa diartikan sebagai dukungan dan dapat menjadi sumber kekuatan di saat kita menghadapi masalah. Pelukan juga dapat diartikan sebagi ajakan untuk berdamai.
Berbagai riset menyebutkan, berpelukan bisa menyembuhkan masalah fisik dan emosional, bahkan bisa mengatasi stres dan depresi. Seperti sebuah riset yang digagas Dr Harold Voth, senior psikater dari Kansas, Amerika Serikat, menyebutkan berpelukan mampu mengusir depresi, mentune-up sistem kekebalan tubuh, tidur lebih nyenyak, dan awet muda.
Bahkan ada sebuah lembaga yang khusus mengkoordinir 'pelukan gratis' (Free Hug) di jalanan bagi mereka yang membutuhkan. Meski di beberapa negara kampanye Free Hug ini terganjal regulasi pemerintah, seperti di Cina, yang menganggap pelukan sebagai tradisi asing. Bahkan pemerintah Cina, Oktober 2006 lalu membubarkan aksi pelukan di pusat kota bisnis Xi'an, dan melarang kampanye pelukan di jalanan.
Bagaimana berpelukan bisa memberikan efek yang demikian hebat?
Ketika berpelukan, tubuh melepaskan oxytocin, hormon yang berhubungan dengan perasaan cinta dan kedamaian yang bekerja menekan hormon penyebab timbulnya stress (hormon cortisol dan hormon norepinephrine). Sehingga akhirnya, tentu saja bisa memberikan kontribusi untuk kesehatan jantung dan pikiran.
Dalam kehidupan nyata, hormon oxytocin ini akan tercipta dalam sebuah hubungan sehat yang tidak sering diwarnai pertengkaran ataupun kekerasan. Seperti kita ketahui, tidak semua orang memiliki hubungan yang membahagiakan, karena itu kualitas sebuah hubungan bisa menjadi tolak ukur kesehatan seseorang. Dari hasil penelitian menunjukkan, perempuan yang tidak bahagia dalam hubungan asmara atau pun dalam pernikahan, memiliki kecendrungan lebih tinggi untuk terkena serangan jantung.
Mengapa perempuan? Karena ternyata oxytocin lebih memiliki kedekatan dengan hormon estrogen yang diproduksi perempuan, sehingga menyebabkan, perempuan lebih responsif saat memeluk pasangannya ketimbang laki-laki.
Apakah Anda saat ini lagi stres berat? Mungkin karena masalah pekerjaan, keluarga. Ayo, carilah orang yang bisa Anda ajak berpelukan! Berpelukan tak harus dengan pasangan, bagi Anda yang masih menjomblo, berpelukan dengan sahabat atau saudara Anda tak ada salahnya bukan? Paling tidak Anda bisa merasa nyaman dan terlindungi untuk beberapa saat.

'Smackdown' Itu Palsu?

Di kala cuaca panas yang masih mendera, publik Indonesia kembali dipanaskan dengan kehebohan anak-anak yang beraksi laksana jagoan Smackdown. Ironisnya hasil yang didapat bukan lahirnya juara Smackdown baru dari Indonesia, tetapi yang terjadi malahan bertebarnya kasus patah tulang, tulang lepas sampai pada kasus terparah yaitu "kematian"! Hal ini tentunya membuat para orang dewasa, dalam hal ini khususnya adalah orang tua dan guru, yang pada awalnya adalah target market utama dari tayangan Smackdown mulai bergantian menjerit melihat putra dan anak didiknya menjadi korban aksi Smackdown antar anak-anak.
Smackdown sebenarnya adalah sebuah program hiburan wrestling yang merupakan bagian dari World Wrestling Entertainment(WWE). Tetapi karena sebegitu terkenalnya, maka seringkali orang-orang memakai istilah Smackdown untuk menyebut hiburan wrestling ini. Melihat begitu kerasnya aksi dalam smackdown ini tetapi jarang terlihat ada yang terluka, pasti akan terbesit dalam pikiran kita, "Apakah Smackdown itu palsu?"
Yang jelas bukan ide yang bagus untuk menanyakan hal ini ke pada seorang pegulat. Beberapa tahun lalu John Stossel, seorang reporter stasiun TV ABC, menanyakannya ke pegulat Dr.D(David Schultz). Tanpa berkata apa-apa Dr.D memukul bagian atas telinganya dengan sangat keras sampai diduga sejak itu pendengaran Stossel telah rusak secara permanen. Komedian Richard Belzer menanyakan hal serupa pada Hulk Hogan dan menantangnya untuk memiting kepalanya seperti yang biasa dilakukan di ajang Smackdown. Hogan melakukannya dengan kekuatan penuh. Ketika Hogan melepaskannya, Belzer jatuh ke lantai tidak sadarkan diri.Penulis dan produser Chris Mortensen, dalam bukunya "The Unreal Story of Professional Wrestling" menyamakan smackdown ini dengan opera sabun olahraga. Sementara MacMahon lebih suka menyebutnya dengan "hiburan olahraga". Apapun sebutannya, Smackdown ini ditonton oleh 25 juta pemirsa Amerika setiap minggunya dan disaksikan 93 ribu penonton di arena. Menjadikannya tayangan ini paling banyak diminati. Tetapi kefantastisan jumlah penontonnya belum bisa menjawab pertanyaan,"Palsukah ini?"
Sekitar tahun 1950-an sudah mulai ada diskusi serius apakah smackdown ini "sungguhan" atau "palsu". Tentu saja keraguan ini pasti muncul, tetapi itu tidak akan muncul saat menyaksikan suatu pertandingan dan sama sekali tidak mengganggu keasyikan untuk menikmatinya. Seseorang yang tidak begitu suka menonton smackdown pasti akan segera memvonis bahwa semua ini adalah palsu.
Para pegulat sendiri kurang begitu suka secara serius mendiskusikan kenyataan dari smackdown. Biasanya akan selalu didapat jawaban seperti yang diberikan oleh Hulk Hogan,"Bagi yang percaya, tidak membutuhkan penjelasan apa-apa; bagi yang tidak percaya, tidak akan ada penjelasan yang cukup untuk menjawabnya".Namun smackdown bukan hanya suatu masalah kepercayaan. Sesuatu benar-benar nyata terjadi di dalam ring. Terlihat dengan jelas semuanya yang terlihat terjadi dalam satu pertandingan memang benar-benar terjadi, polisi bisa dipanggil karena seseorang mungkin saja terluka parah atau terbunuh.
Ketika seorang berbobot 140kg melompat dari atas tali ring ke atas lawannya yang terbaring di atas kanvas, hal tersebut tentu menghasilkan sesuatu paling tidak, banyak tulang rusuk yang patah. Kecuali jika tentu saja si pelompat melakukannya tetapi berusaha tidak melukai lawannya dengan tidak benar-benar mendarat di atasnya atau dengan mendarat dengan suatu cara sendiri dimana lutut, siku dan bagian keras lainnya tidak menimbulkan efek yang serius. Hasil dari lompatan tetap menyakitkan, tetapi tidak mematikan atau berbahaya.
Jika seorang pegulat dipukul dan ditendangi dengan keras berulang kali, dia tidak akan bisa bangun dari kanvas dan melakukan hal yang sama ke lawannya, kecuali pukulan dan tendangan itu ditahan sedemikian rupa sehingga tidak begitu keras. Tidak satupun juga yang bisa berdiri setelah dipukul dengan keji pada bagian belakang kepala dengan kursi lipat besi, kecuali tidak benar-benar dipukul di bagian kepala tetapi hanya melewati punggung dan kursi tidak diayunkan begitu keras seperti yang terlihat. Pukulannya tetap akan menyakitkan tetapi tidak mematikan.
Gerakan seperti pukulan dengan lengan bawah sangat terkenal, karena bisa terlihat begitu dasyat namun tidak menimbulkan cedera pada lawan. Sebuah cengkeraman yang dilakukan oleh pegulat yang kuat, akan dengan mudah mematahkan kaki lawannya. Tetapi jika pegulat yang berpengalaman tersebut tidak sungguh-sungguh menekannya, maka efek yang terjadi tidak begitu buruk seperti yang terlihat.
Apa yang terjadi di ring bukanlah suatu film aksi. Lompatan dan jatuh bukanlah dilakukan dengan trik fotografi. Pegulat tidak bisa memanggil pemain pengganti untuk menerima pukulan untuknya. Para pegulat dilatih agar nantinya tidak melukai lawannya namun tetap selalu akan ada rasa sakit dan bahaya dalam setiap pertandingan. Ada satu pemikiran bagus, semuanya mungkin dapat diatur tetapi kita tidak akan pernah dapat menipu gaya gravitasi.
Tetapi smackdown memang sudah diatur sebelumnya. Semuanya pertandingan sudah dibuatkan naskahnya sebulan sebelum diserahkan ke orang yang disebut bookers. Mereka telah menentukan siapa yang akan memenangkan pertandingan dan siapa yang menjadi The Face(pegulat baik) dan Hell(pegulat jahat). Semuanya sudah diatur kecuali ada pertunjukan yang dinamakan shoot(pertandingan sebenarnya), tetapi sekarang sudah tidak pernah diadakan lagi. Ketika pegulat berdarah mereka melakukannya dengan menyayat dirinya sendiri dengan silet kecil. Juga diketahui, pegulat sebelum pertandingan meminum aspirin untuk membuat darah mereka lebih encer sehingga akan menimbulkan efek luka yang besar.
Kadang-kadang ada cedera yang direkayasa dengan tujuan untuk memberikan waktu kepada pegulat untuk melakukan pertandingan ulang. Tetapi tentu saja ada cedera yang benar-benar terjadi seperti Sid yang mengalami patah kaki dan bahkan juga ada yang mengalami kematian seperti yang dialami ayah dari Ted DiBiase yang mengalami serangan jantung saat bertanding.
Disebut palsu atau tidak, para pegulat ini haruslah orang yang mempunyai fisik kuat dan mempunyai pengalaman sebagai pegulat amatir atau sekolahan. Pegulat mendapat kerja yang berat yaitu menjadi seorang atlet, pemain akrobat, pemeran pengganti dan aktor. Mereka juga harus bisa cepat pulih dari cedera dan menyembunyikannya dari perhatian penonton.Seorang pegulat yang bagus adalah seseorang yang dapat membuat pukulan dan cengkeramannya terlihat lebih mematikan dari yang sebenarnya tetapi tetap tidak membahayakan lawannya. Menutup pemikiran ini ada satu pendapat bagus dari kolom koran New York Daily, untuk pertanyaan klasik "Smackdown itu palsu?". Dia menjawab dengan pertanyaan pula,"Apakah Sinterklas, kelinci Paskah atau Great Pumpkin itu nyata?" Tentu saja! Mereka semua ada dan begitu juga smackdown!

Roy Marten Tak Yakin Alda Tewas OD

Tewasnya penyanyi pop Alda Rizma masih menyimpan misteri. Berbagai komentar bermunculan. Dari yang bernada simpati sampai yang menyudutkan. Aktor kawakan Roy Marten, merupakan salah satu orang yang tidak percaya bahwa Alda Rizma meninggal karena over dosis. Bisa juga disebabkan hal lainnya.
“Saya tidak sepakat dengan pemberitaan mengenai Alda. Kebanyakan menyudutkan Alda. Dengan adanya laporan visum yang mengatakan ada dua puluhan tusukan jarum, saya tidak yakin bahwa Alda meninggal karena pemakaian narkoba yang berlebihan. Mungkin saja, itu obat lain semacam unvitamin untuk pengurusan badan,” terang Roy saat ditemui di Cikajang , Jakarta Selatan, Kamis (14/12).
Terlepas dari apakah itu narkoba atau bukan, Roy belum yakin betul mengenai kematian Alda. Karena visum yang dilakukan belum final. Disisi lain, Roy juga menyayangkan hasil sebuah riset yang entah dari mana asalnya mengatakan sekitar 70% artis adalah pengguna narkoba.
“Saya rasa semua lapisan masyarakat pernah memakai, tidak hanya artis. Dari wartawan sampai pejabat juga pernah pakai. Jadi kenapa harus artis yang dibesar-besarkan sebagai pemakai. Dan saya tidak yakin dengan hasil riset tersebut,” tandasnya.
Sebagai mantan pengguna narkoba dan kini dalam penyembuhan, Roy mengaku masih bisa bersyukur. Delapan bulan dalam penjara, diakuinya cukup membuat dirinya jera.